Laki-laki
Laki-laki atau pria adalah orang dewasa berjenis kelamin laki-laki dalam spesies manusia.[a][2][3] Sebelum mencapai usia dewasa, seorang anak atau remaja laki-laki disebut sebagai anak laki-laki.

Sebagaimana pada kebanyakan mamalia jantan lainnya, genom seorang laki-laki umumnya mewarisi sebuah kromosom X dari ibu dan sebuah kromosom Y dari ayah. Proses diferensiasi seksual pada janin laki-laki diatur oleh gen SRY pada kromosom Y. Selama masa pubertas, hormon yang meningkatkan produksi androgen memicu perkembangan ciri seksual sekunder yang semakin membedakan kedua jenis kelamin. Ciri-ciri tersebut meliputi peningkatan massa otot, tubuh yang lebih tinggi, pertumbuhan rambut wajah, serta komposisi lemak tubuh yang lebih rendah. Anatomi laki-laki dibedakan dari anatomi perempuan terutama oleh sistem reproduksi laki-laki, yang mencakup testis, saluran sperma, kelenjar prostat, epididimis, serta penis. Ciri-ciri seksual sekunder lainnya termasuk panggul dan pinggul yang lebih sempit, serta payudara dan puting yang berukuran lebih kecil.
Sepanjang sejarah manusia, peran gender tradisional sering kali menentukan perilaku, aktivitas, serta peluang yang tersedia bagi laki-laki. Laki-laki kerap menghadapi wajib militer atau diarahkan ke profesi dengan tingkat kematian yang tinggi. Banyak doktrin keagamaan menetapkan aturan tertentu bagi laki-laki, seperti praktik sunat keagamaan. Laki-laki juga tercatat secara berlebih sebagai pelaku maupun korban kekerasan.
Transpria memiliki identitas gender yang tidak selaras dengan penetapan jenis kelamin perempuan saat lahir, sementara laki-laki interseks dapat memiliki karakteristik biologis yang tidak sepenuhnya sesuai dengan pola umum biologi laki-laki.
Biologi

Pada manusia, sel sperma membawa kromosom seks berupa X atau Y. Jika sel sperma yang membawa kromosom Y membuahi ovum perempuan, keturunan yang dihasilkan akan memiliki kariotipe laki-laki (XY). Gen SRY umumnya terletak pada kromosom Y dan memicu perkembangan testis, yang pada gilirannya mengatur aspek lain dari diferensiasi seksual laki-laki. Diferensiasi seksual pada laki-laki berlangsung bergantung pada keberadaan testis, sedangkan diferensiasi pada perempuan tidak bergantung pada gonad.[4]
Ciri-ciri seksual primer (atau organ seks) adalah karakteristik yang hadir sejak lahir dan menjadi bagian integral dari proses reproduksi. Pada laki-laki, ciri-ciri seksual primer mencakup penis dan testis.
Manusia dewasa memperlihatkan dimorfisme seksual dalam banyak karakteristik lain, yang sebagian tidak memiliki hubungan langsung dengan kemampuan reproduktif. Manusia menunjukkan dimorfisme seksual dalam ukuran tubuh, struktur tubuh, dan komposisi tubuh. Laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada perempuan; dan setelah menyesuaikan tinggi badan, laki-laki memiliki massa tanpa lemak dan massa tulang yang lebih besar daripada perempuan, serta massa lemak yang lebih rendah.[5]

Ciri-ciri seksual sekunder adalah fitur yang muncul selama pubertas pada manusia.[6][7] Ciri-ciri ini tampak jelas dalam sifat dimorfik seksual berupa fenotipe yang membedakan laki-laki dan perempuan, tetapi—berbeda dengan karakteristik seksual primer—tidak secara langsung menjadi bagian dari sistem reproduksi.[8][9][10] Ciri-ciri seksual sekunder yang khas pada laki-laki meliputi:
- Bahu yang lebih bidang;[11]
- Peningkatan rambut tubuh;
- Pembesaran laring (juga dikenal sebagai jakun);[11] dan
- Suara yang jauh lebih rendah dibandingkan suara anak atau perempuan.[9]
Laki-laki memiliki berat tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan.[12] Rata-rata, tinggi laki-laki sekitar 10% lebih besar daripada perempuan.[12] Secara umum, laki-laki memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan pinggul (lihat rasio pinggang-pinggul) dibandingkan perempuan. Pada perempuan, jari telunjuk dan jari manis cenderung berukuran mirip atau jari telunjuk sedikit lebih panjang, sedangkan pada laki-laki jari manis cenderung lebih panjang.[13]
Sistem reproduksi

Genitalia internal pada laki-laki mencakup testis yang menghasilkan sperma, kelenjar aksesoris yang memproduksi cairan semen, epididimis yang menyimpan sel-sel sperma, serta vas deferens dan duktus ejakulasi yang menghantarkan sperma matang menuju uretra.
Genitalia eksternal laki-laki terdiri atas penis dan skrotum, kantung kulit yang menaungi testis.[14]
Sel-sel sperma dilepaskan melalui proses ejakulasi dalam air mani melalui penis, lalu memasuki saluran reproduksi perempuan melalui vagina. Sperma yang bergerak dari vagina menuju rahim dapat mencapai tuba falopi dan membuahi sebuah ovum, yang selanjutnya berkembang menjadi sebuah embrio. Kajian tentang reproduksi laki-laki dan organ-organ terkait disebut andrologi.[15]
Testosteron merangsang perkembangan duktus Wolff, pembentukan penis, serta penyatuan lipatan labioskrotal menjadi skrotum. Hormon penting lain dalam diferensiasi seksual adalah hormon anti-Müllerian, yang menghambat perkembangan duktus Müllerian. Pada laki-laki selama masa pubertas, testosteron bersama gonadotropin yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari mendorong proses spermatogenesis.[16]
Kesehatan
Meski sebagian besar ketimpangan kesehatan global berbasis gender cenderung merugikan perempuan, terdapat sejumlah kondisi di mana laki-laki justru mengalami kerentanan lebih besar. Salah satu contohnya adalah dalam konflik bersenjata, di mana laki-laki kerap menjadi korban langsung. Sebuah kajian terhadap konflik di 13 negara dari tahun 1955 hingga 2002 menemukan bahwa 81% seluruh kematian akibat perang yang bersifat kekerasan adalah laki-laki.[17]
Selain konflik bersenjata, wilayah dengan tingkat kekerasan tinggi, seperti daerah yang berada di bawah pengaruh kartel narkoba, juga menunjukkan angka kematian laki-laki yang lebih besar.[18] Situasi ini berakar pada keyakinan sosial yang memadankan cita-cita maskulinitas dengan perilaku agresif dan konfrontatif.[19]
Selain itu, perubahan ekonomi yang tiba-tiba dan drastis serta hilangnya berbagai bentuk jaring pengaman sosial, khususnya subsidi sosial dan kupon pangan, juga dikaitkan dengan peningkatan konsumsi alkohol dan stres psikologis pada laki-laki, yang berujung pada lonjakan angka kematian. Hal ini terjadi karena kondisi tersebut menyulitkan laki-laki dalam memenuhi peran penyedia nafkah bagi keluarga—sebuah tugas yang telah lama dipandang sebagai “esensi maskulinitas.”[20]
Sebuah analisis retrospektif terhadap orang-orang yang terinfeksi flu biasa menemukan bahwa dokter cenderung meremehkan gejala pada laki-laki, dan lebih mudah mengaitkan gejala serta penyakit kepada perempuan dibandingkan laki-laki.[21]
Perempuan hidup lebih lama daripada laki-laki di semua negara dan di seluruh kelompok usia yang memiliki catatan terpercaya.[22]
Di Amerika Serikat, laki-laki secara umum berada dalam kondisi kesehatan yang lebih buruk daripada perempuan di semua kelas sosial, dengan laki-laki nonkulit putih berada pada posisi paling rentan. Laki-laki juga secara berlebihan terwakili dalam pekerjaan berisiko tinggi dan menjadi mayoritas dalam kematian terkait pekerjaan. Selain itu, dokter cenderung memberikan layanan, saran, dan waktu konsultasi yang lebih sedikit kepada laki-laki dibandingkan perempuan dalam setiap pertemuan medis.[23]
Seksualitas

Seksualitas dan daya tarik laki-laki beragam antarindividu, dan perilaku seksual seorang pria dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pra disposisi yang terbentuk melalui evolusi, kepribadian, pola pengasuhan, serta konteks budaya. Meskipun sebagian besar laki-laki heteroseksual, kelompok minoritas yang cukup signifikan adalah homoseksual atau biseksual.[24]
Bacaan tambahan
- Andrew Perchuk, Simon Watney, Bell Hooks, The Masculine Masquerade: Masculinity and Representation, MIT Press 1995
- Pierre Bourdieu, Masculine Domination, Edisi soft-cover, Stanford University Press 2001
- Robert W. Connell, Masculanities, Cambridge: Polity Press, 1995
- Michael Kimmel (ed.), Robert W. Connell (ed.), Jeff Hearn (ed.), Handbook of Studies on Men and Masculinities, Sage Publications 2004
Lihat pula
Catatan
- ↑ Istilah laki-laki dapat merujuk pada jenis kelamin maupun gender.[1] Laki-laki kadang digunakan dalam frasa tertentu, seperti kajian laki-laki, untuk menyebut manusia laki-laki tanpa memandang usia. Sedangkan pria biasanya merujuk pada laki-laki dewasa.
Referensi
- ↑ "Male". Merriam-Webster Dictionary.
- ↑ "Meaning of "man" in English". dictionary.cambridge.org (dalam bahasa Inggris). Kamus Cambridge. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 6 January 2023. Diakses tanggal 18 August 2021.
- ↑ "Definition of "man"". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Merriam-Webster. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 March 2023. Diakses tanggal 18 August 2021.
- ↑ Rey, Rodolfo; Josso, Nathalie; Racine, Chrystèle (2000). "Sexual Differentiation". Endotext. MDText.com, Inc. PMID 25905232. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 August 2022. Diakses tanggal 6 December 2021.
Irrespective of their chromosomal constitution, when the gonadal primordia differentiate into testes, all internal and external genitalia develop following the male pathway. When no testes are present, the genitalia develop along the female pathway. The existence of ovaries has no effect on fetal differentiation of the genitalia. The paramount importance of testicular differentiation for fetal sex development has prompted the use of the expression "sex determination" to refer to the differentiation of the bipotential or primitive gonads into testes.
- ↑ Wells, Jonathan C. K. (2007-09-01). "Sexual dimorphism of body composition". Best Practice & Research Clinical Endocrinology & Metabolism. Normal and Abnormal Sex Development (dalam bahasa Inggris). 21 (3): 415–430. doi:10.1016/j.beem.2007.04.007. ISSN 1521-690X. PMID 17875489.
- ↑ Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM (2011). Williams Textbook of Endocrinology E-Book. Elsevier Health Sciences. hlm. 1054. ISBN 978-1-4377-3600-7.
- ↑ Pack PE (2016). CliffsNotes AP Biology (Edisi 5th). Houghton Mifflin Harcourt. hlm. 219. ISBN 978-0-544-78417-8.
- ↑ Bjorklund DF, Blasi CH (2011). Child and Adolescent Development: An Integrated Approach. Cengage Learning. hlm. 152–153. ISBN 978-1-133-16837-9.
- 1 2 "Primary & Secondary Sexual Characteristics". Sciencing.com. 30 April 2018. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 3 August 2020. Diakses tanggal 13 October 2019.
- ↑ Encyclopedia of Reproduction. Elsevier Science. 2018. hlm. 103. ISBN 978-0-12-815145-7. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 January 2023. Diakses tanggal 13 October 2019.
- 1 2 Berger, Kathleen Stassen (2005). The Developing Person Through the Life Span. Worth Publishers. hlm. 349. ISBN 978-0-7167-5706-1.
- 1 2 Robert-McComb, Jacalyn; Norman, Reid L.; Zumwalt, Mimi (2014). The Active Female: Health Issues Throughout the Lifespan. Springer Science+Business Media. hlm. 223–238. ISBN 978-1-4614-8884-2. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 31 July 2023. Diakses tanggal 19 November 2022.
- ↑ Halpern, Diane F. (2013). Sex Differences in Cognitive Abilities (Edisi 4th). Psychology Press. hlm. 188. ISBN 978-1-136-72283-7. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 31 July 2023. Diakses tanggal 19 November 2022.
- ↑ "Definition of Male genitalia". MedicineNet. Diarsipkan dari asli tanggal 6 November 2020. Diakses tanggal 13 October 2019.
- ↑ Clement, Pierre; Giuliano, François (2015). "Anatomy and physiology of genital organs – men". Neurology of Sexual and Bladder Disorders. Handbook of Clinical Neurology. Vol. 130. hlm. 19–37. doi:10.1016/B978-0-444-63247-0.00003-1. ISBN 978-0-444-63247-0. ISSN 0072-9752. PMID 26003237.
- ↑ Goodman, H. Maurice (2009). Basic Medical Endocrinology (Edisi 4th). Elsevier. hlm. 239–256. ISBN 978-0-12-373975-9.
- ↑ The World Bank (2012). World Development Report 2012: Gender Equality and Development (Report). Washington, DC: The World Bank.
- ↑ "Homicide Trends in the United States, 1980–2008" Diarsipkan 20 November 2019 di Wayback Machine. Departemen Kehakiman Amerika Serikat (2010) hlm. 10
- ↑ Márquez, Patricia (1999). The Street Is My Home: Youth and Violence in Caracas. Stanford, CA: Stanford University Press.
- ↑ Brainerd, Elizabeth; Cutler, David (2005). "Autopsy on an Empire: Understanding Mortality in Russia and the Former Soviet Union". The Journal of Economic Perspectives. 19 (1). Ann Arbor, MI: William Davidson Institute: 107–30. doi:10.1257/0895330053147921. hdl:10419/20771. JSTOR 4134995.
- ↑ Sue, Kyle (2017). "The science behind 'man flu.'" (PDF). BMJ. 359 j5560. doi:10.1136/bmj.j5560. PMID 29229663. S2CID 3381640. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 8 December 2017. Diakses tanggal 11 January 2018.
- ↑ Austad, S.N.A; Bartke, A.A. (2016). "Sex Differences in Longevity and in Responses to Anti-Aging Interventions: A Mini-Review". Gerontology. 62 (1): 40–46. doi:10.1159/000381472. PMID 25968226. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 October 2021. Diakses tanggal 31 May 2022.
- ↑ Williams, David R. (May 2003). "The Health of Men: Structured Inequalities and Opportunities". Am J Public Health. 93 (5): 724–731. doi:10.2105/ajph.93.5.724. PMC 1447828. PMID 12721133.
- ↑ Bailey, J. Michael; Vasey, Paul; Diamond, Lisa; Breedlove, S. Marc; Vilain, Eric; Epprecht, Marc (2016). "Sexual Orientation, Controversy, and Science". Psychological Science in the Public Interest. 17 (2): 45–101. doi:10.1177/1529100616637616. PMID 27113562. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2 December 2019. Diakses tanggal 21 December 2019.
Pranala luar